Gentanews.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi pemerintah Indonesia bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pemenuhan gizi yang baik bagi anak-anak Indonesia. Namun, sejak implementasinya, program ini menuai berbagai permasalahan yang memerlukan evaluasi menyeluruh.
Salah satu isu krusial yang terungkap adalah masalah kualitas makanan yang diterima penerima manfaat. Survei yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada periode April hingga Agustus 2025 menemukan fakta mengkhawatirkan: 583 anak mengaku pernah menerima makanan MBG dalam kondisi rusak, bau, atau basi. Bahkan 11 anak terpaksa mengonsumsi makanan yang rusak tersebut karena berbagai alasan.
Kajian dari Center Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) juga mengungkapkan bahwa 45 persen sampel menu MBG mengandung produk tinggi gula, garam, dan lemak (GGL), termasuk susu kemasan berperisa dengan kadar gula tinggi. Temuan ini jelas tidak sesuai dengan pedoman standar gizi yang telah disusun Kementerian Kesehatan.
Permasalahan serius lainnya adalah munculnya dugaan kasus keracunan di berbagai daerah. Salah satu insiden yang mencuat terjadi di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Cianjur, Jawa Barat pada 23 April 2025, yang melibatkan 72 siswa dari dua sekolah. Catatan Koalisi Masyarakat Sipil bahkan menyebutkan jumlah korban telah mencapai 6.452 siswa per 21 September 2025.
Berbagai pemangku kepentingan, termasuk Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), mendesak evaluasi menyeluruh terhadap program MBG. Ketua Umum IAKMI, Hermawan Saputra, menekankan perlunya Kementerian Kesehatan memverifikasi laporan dari berbagai Dinas Kesehatan terkait tingkat keterpaparan keracunan.
Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan telah menjamin bahwa kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) atau dugaan keracunan akan dievaluasi secara cepat dan menyeluruh. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, juga menegaskan perlunya evaluasi agar manfaat program dapat dirasakan secara optimal.
Program MBG memerlukan perbaikan mendasar dalam berbagai aspek, mulai dari standar pengawasan, distribusi bahan pangan, tata kelola, hingga transparansi pelaporan. Evaluasi menyeluruh bukan hanya soal mengatasi kasus keracunan, tetapi juga memastikan program ini benar-benar memberikan manfaat optimal bagi tumbuh kembang anak-anak Indonesia sebagai investasi masa depan bangsa.