Gentanews.id – Video singkat menjelang pelantikan pengurus HMI Cabang Bandung, didapati calon pengurus yang memakai kalung salib. Kawan seperjuangan waktu sama-sama HMI, senior Bandung kang Aceng Roni Sya’bana kemudian meminta untuk dicopot kalung salib dari kader yang akan dilantik sebagai pengurus.
Dalam waktu sekejap kemudian viral baik dilingkungan internal HMI, dan disinyalir sudah menyebar ke grup publik.
Beragam komentar mulai yang merasa geram, yang biasa saja, sampai yang tidak berkomentar sama sekali. HMI Sebagai organisasi mahasiswa Islam terbesar, peristiwa itu tentu menimbulkan pertanyaan,
Seliberal itukah HMI? Apakah itu merupakan perwujudan toleransi beragama di HMI? Sejauhmana HMI menanamkan nilai nilai ke Islaman untuk kadernya?
Memakai simbol agama lain, tidak bisa dimaknai sederhana sebagai perwujudan toleransi, atau sekedar ‘gaya gayaan’ . Karena simbol itu merupakan manipestasi dari sebuah keyakinan.
Simbol salib merupakan manipestasi dari sebuah keyakinan bahwa seorang meyakini nabi Isa sebagai anak tuhan yang turunannya tidak mengakui Alloh SWT sebagai tuhan yang satu dan mengingkari kenabian seorang Muhammad. Serta mengingkari Islam sebagai agama Alloh swt.
Tanda bahwa pemahaman, dan pengamalan ke Islaman kader HMI mengamali penurunan, sehingga hal-hal dasar dari sebuah keyakinan /keimanan gagal paham. jika Nilai Dasar Perjuangan ( NDP ) sebagai pondasi dasar membekali kader tentang pemahaman ke Islaman maka selayaknya mengembalikan NDP ke versi lama yang dirumuskan oleh cak nur dan kawan-kawan.
Di NDP versi awal bab 1 menjadi pondasi tentang keyakinan keimanan. Berbeda dengan NDP versi pembaharuan yang tidak jelas arah konsepsi ketuhanan keimanan.
Di NDP versi awal, secara jelas argumentasi aqli dan naqli dihadirkan sebagai landasan berpikir kader. Kalimat per kalimat ujungnya diberikan dalil naqli berupa kutipan ayat Al Quran. Bahkan hampir setiap kalimat, dijejali dengan dalil naqli.
NDP yang baru, hampir semua dail naqli dihilangkan. Bab 1 dasar2 kepercayaan, hanya parade logika yang tidak jelas arahnya, bahkan cenderung mengarah ke liberal. Tentu bab 1 ini yang menjadi pondasi dasar kader memahami Ke Islaman secara utuh.
Gagalnya metode dekonstruksi NDP
Pengalaman pertama mendapatkan materi NDP terkejut, karena tiba-tiba pemateri mendekonstruksi keyakinan ketuhanan yang selama ini di yakini.
Metode dekonstruksi NDP HMI Jawa Barat menjadi trend tahun 2000-an. Penulis, menjadi bagian yang mengikuti metode tersebut sebagai pemateri NDP. Metode yang mengedepankan cuci otak “brainwashing”
Kelemahan dari metode dekonstruksi,
Pertama: Keutuhan menyampaikan materi. Kader lupa substansi materi, yang dihapal pasca basic training diingat ” tuhan tidak ada”, “tuhan sama dengan sendal jepit”, “manusia sama dengan hewan” NDP terdiri 7 bab, yang diingat hanya pada point kontradiktifnya saja.