Pemimpin di dunia Arab perlu melampaui kata-kata belaka dalam menanggapi situasi di Palestina. Respon saat ini, yang penuh dengan kecaman yang lemah, tidak akan menghentikan tindakan agresif Israel di Gaza. Sikap tegas masyarakat Arab terhadap kekejaman Israel memaksa pemimpin untuk bereaksi, tetapi sampai sekarang, itu sebagian besar hanya retorika kosong.
Selama pertemuan mereka di Kairo, menteri luar negeri Arab mengutuk kekerasan di kedua belah pihak, menyamakan antara yang diokupasi dan yang mengokupasi. Mereka secara samar menyebutkan kebutuhan akan perdamaian sementara Israel terus bertindak agresif. Pemboman rumah sakit al-Ahli memaksa reaksi yang sedikit lebih tegas, menghasilkan resolusi PBB yang mengutuk serangan pada tanggal 7 Oktober dan kekejaman Israel serta menyerukan gencatan senjata kemanusiaan.
Namun, pihak berwenang Israel mengabaikan resolusi itu dan melanjutkan invasi darat yang merusak di Gaza. Keyakinan bahwa negara-negara Arab terlalu terpecah dan acuh terhadap penderitaan Palestina tampaknya sayangnya benar. Dukungan resmi Arab untuk masalah Palestina terus berkurang selama bertahun-tahun, dan pemimpin seringkali lebih tertarik pada retorika politik daripada tindakan nyata.
Sementara beberapa pemimpin mungkin menyatakan dukungan untuk Palestina, hanya sedikit yang benar-benar siap atau mampu mendukung kata-kata mereka dengan langkah-langkah konkret. Ketidakpedulian sejarah terhadap masalah Palestina telah memungkinkan pemain regional lain seperti Iran dan Turki untuk menegaskan pengaruh, semakin mempersulit situasi.
Pemimpin Arab perlu mengevaluasi kembali pendekatan mereka dan mengambil tindakan nyata untuk mengakhiri krisis berkelanjutan di Gaza. Perjanjian normalisasi dan kerja sama dengan Israel harus dipertimbangkan ulang, terutama mengingat sentimen publik yang kuat melawan kekejaman Israel. Proses de-normalisasi harus dimulai dengan Otoritas Palestina memutuskan hubungan dengan Israel untuk melindungi warganya dari pendudukan militer dan pencurian tanah.
Penting bagi pemimpin Arab untuk bersatu dan berbicara dengan satu suara untuk mencegah agresi Israel dan campur tangan asing dalam urusan Arab. Genosida di Gaza membutuhkan tindakan kolektif, dan hanya dengan front yang bersatu dapat secara efektif mengatasi situasi ini dan melindungi hak-hak Arab dan Palestina.