Bandung, Gentanews.id – Hasil Pemilu 2024 yang menempatkan Partai Demokrat di Jawa Barat pada posisi 8 kursi DPRD—menurun dari capaian 2004 dan merupakan titik terendah dalam dua dekade terakhir—menuntut kita untuk melakukan introspeksi mendalam. Sebagai kader yang mencintai dan telah lama mengabdi pada partai berlambang bintang mercy ini, saya merasa perlu menyuarakan evaluasi kritis terhadap pola kepemimpinan daerah [DPD] yang selama ini berjalan dan menawarkan roadmap transformasi menuju Pemilu 2029.
Data historis perolehan kursi Demokrat Jabar menunjukkan pola yang mengkhawatirkan: 9 kursi (2004) → 28 kursi (2009) → 12 kursi (2014) → 11 kursi (2019) → 8 kursi (2024). Grafik ini bukan sekadar angka statistik, melainkan cerminan dari krisis kepemimpinan daerah yang sistemik dan berkelanjutan akibat ketidakmampuannya menerjemahkan Visi dan Misi partai dan arahan Pimpinan DPP PD.
Puncak kejayaan 2009 dengan 28 kursi terjadi ketika efek “presidential coattail” PRESIDEN SBY masih sangat kuat. Namun, penurunan drastis menjadi 12 kursi di 2014 menandai dimulainya era post- PRESIDEN SBY yang hingga kini belum menemukan formula kepemimpinan yang tepat di Jawa Barat. Kepemimpinan Anton Sukartono Suratto yang dimulai April 2022 dengan semangat “merebut kembali kejayaan Demokrat” ternyata belum mampu menghentikan tren penurunan.
Anatomi Kegagalan: Post Power Sindrom kejayaan masa lalu dan Ketiadaan Visi Lokal
Selama ini, DPD Demokrat Jawa Barat terjebak dalam pola kepemimpinan yang belum Optimal dan masih bergantung pada instruksi pusat. Kepemimpinan Jawa Barat belum bisa membangun identitas politik yang sesuai dengan karakteristik unik Jawa Barat—provinsi dengan 15 dapil yang memiliki heterogenitas tinggi, mulai dari wilayah urban-kosmopolitan hingga tradisional, dari basis industri hingga pertanian, dari kultur Sunda , Betawi hingga Jawa. dll nya
Kepemimpinan yang reactive, bukan proactive, membuat kita selalu terlambat merespons dinamika politik lokal. Sementara partai lain seperti Gerindra berhasil membangun basis dengan memanfaatkan popularitas figur nasional yang dikombinasikan dengan strategi grassroot yang solid, atau PKS dengan jaringan dakwah yang mengakar hingga tingkat RT/RW, Demokrat Jabar masih berkutat pada nostalgia kejayaan masa lalu.
Faktor-Faktor Struktural yang Menggerus Elektabilitas
Pertama, menurun nya kepercayaan publik pasca berakhirnya era pemerintahan Pak SBY yang ditandai dengan menurun nya perolahan suara kursi diparlemen , ditambah kurang optimalnya peran dan advokasi para kader partai dibawah
Kedua, belum optimal nya pola rekrutmen dan kaderisasi yang berkelanjutan ditingkat DPD dan DPC. Karena belum bisa menciptakan sistem regenerasi kepemimpinan yang sistematis dan optimal sehingga belum ada program pengembangan kader yang sistematis terukur massive dan berkelanjutan untuk menghasilkan figur-figur lokal kredibel di setiap dapil.
Ketiga, ketertinggalan dalam adaptasi teknologi politik. Strategi komunikasi politik kita masih conventional, sementara demografi Jabar yang didominasi generasi milenial dan Gen Z membutuhkan pendekatan digital yang sophisticated dan authentic.
Momentum Transformasi: Dari Crisis Menjadi Opportunity
Posisi di titik terendah justru memberikan kita momentum untuk melakukan transformasi radikal. Kita tidak lagi terbebani ekspektasi tinggi, sehingga memiliki ruang eksperimen yang lebih luas. Kondisi ini menuntut keberanian untuk:
1. Melakukan terobosan kreasi kepemimpinan. DPD Jabar harus mendapati otonomi pola lebih besar untuk mengembangkan strategi politik yang sesuai dengan kondisi lokal, tidak sekedar menjalankan instruksi umum dari tingkat pusat
2. Membangun indigenous political leadership. Kita perlu mencari dan mengembangkan figur-figur lokal yang memiliki kredibilitas dan daya tarik politik di tingkat akar rumput, bukan sekadar mengandalkan parachuting dari pusat
3. Fokus pada issue-based politics. Alih-alih berkutat pada politik personality, kita harus membangun platform politik yang responsif terhadap isu-isu spesifik Jawa Barat: kemacetan transportasi, industrialisasi berkelanjutan, ketahanan pangan, dan pemberdayaan UMKM.
Roadmap Strategis 2029: Lima Pilar Transformasi
Pilar Pertama: Reformasi Organisasi.
Implementasi sistem kepemimpinan kolektif dengan advisory board yang melibatkan tokoh-tokoh senior dan profesional muda. Pembentukan think tank internal untuk menghasilkan policy paper berkualitas tinggi.
Pilar Kedua: Kaderisasi Sistematis. Launching “Demokrat Young Leader Academy” dan melanjutkan kembali PKKPD yang mengkombinasikan pelatihan politik, kepemimpinan, dan digital literacy. Target: 120 kader muda berkualitas dari 15 dapil dalam 5 tahun.
Pilar Ketiga: Diferensiasi Program. Membangun brand politik sebagai “Partai Profesional-Moderat” dengan fokus pada tata kelola pemerintahan yang bersih, ekonomi digital, dan pendidikan vokasi yang selaras dengan kebutuhan industri Jabar.
Pilar Keempat: Komunikasi Politik Terintegrasi.
Membangun ecosystem komunikasi digital yang autentik dengan memanfaatkan influencer politik, content creator, dan platform media sosial yang sesuai dengan preferensi demografis Jabar.
Pilar Kelima: DPD PD Jabar harus melakukan Aliansi Strategis. Mengembangkan koalisi taktis dengan elemen kaum agamawan, masyarakat sipil, organisasi profesi, kaum muda , aktifis2 Organisasi dan tokoh-tokoh independen yang sejalan dengan visi transformasi Demokrat. sesui dengan Visi dan Misi yang dibawa oleh kepemimpinan partai ditingkat nasional yaitu Ketua Umum AHY sebagai modal utama untuk menbangun aura dan transformasi positip ditingkat lokal Jawa Barat demi membangkitkan kembali kiprah dan kejayaan partai Demokrat untuk rakyat Jawa Barat
Penutup: Dari Nostalgia Menuju Inovasi
Sebagai kader yang mencintai partai ini, saya yakin Demokrat Jabar memiliki potensi untuk bangkit. Namun, kebangkitan itu hanya akan terwujud jika kita berani melepaskan diri dari nostalgia kejayaan masa lalu dan membangun fondasi baru yang solid dan relevan dengan tantangan zaman.
Target realistis untuk 2029 adalah meraih 15-19 kursi DPRD Jabar. Angka ini bukan sekadar target elektoral, melainkan indikator bahwa kita telah berhasil membangun kepercayaan kembali di mata masyarakat Jawa Barat.
Mari kita jadikan momentum ini sebagai starting point transformasi besar Demokrat Jabar. Karena sejatinya, krisis terdalam often becomes the beginning of the greatest comeback.
—
H. Aceng Roni Syahbana, S.Pd., M.Si., AIFO adalah Koordinator JOIN for DEMOKRAT JABAR BANGKIT dan pemerhati politik Jawa Barat. Pandangan yang disampaikan merupakan pendapat pribadi penulis.