GENTANEWS.ID – Sukabumi, 24 Juni 2023 – Bahasa Sandi Widal telah menjadi ciri khas dan identitas bagi warga di Tipar, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi. Konon, bahasa sandi ini diciptakan pada zaman penjajahan Belanda dengan tujuan mengelabui para penjajah.
Namun, saat ini bahasa Widal tidak sepenuhnya digunakan dalam interaksi sehari-hari anak-anak. Bahasa Widal lebih melekat sebagai bahasa tongkrongan di berbagai penjuru Sukabumi.
Salah satu komunitas yang bergerak dalam mempertahankan bahasa sandi ini adalah Widal Community. Mereka bahkan berencana untuk mengusulkan Sandi Widal sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) kepada UNESCO.
“Kami khawatir bahasa ini akan terlupakan seiring dengan perkembangan zaman, karena sudah tidak banyak orang yang menggunakannya. Oleh karena itu, kami dari Widal Community mengajukan agar bahasa ini diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda,” ungkap Ketua Widal Community, Mbul, saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
Rencana menjadikan bahasa Sandi Widal sebagai WBTB bukanlah sekadar angan belaka. Mereka telah mengajukannya kepada Pemerintah Kota Sukabumi dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Namun, masih terdapat dua persyaratan yang belum terpenuhi.
“Proses pengajuan sudah kami lakukan, dan Jawa Barat telah mengakui. Namun, masih ada satu hingga dua persyaratan yang harus dipenuhi. Misalnya, adanya video dokumentasi penggunaan sandi Widal di masyarakat dan kajian ilmu terkait bahasa ini. Kami pernah diwawancarai, dan kami pikir itu sudah cukup. Ternyata masih banyak lagi yang harus kami penuhi,” jelas Mbul.
Dua persyaratan tersebut meliputi video dokumentasi penggunaan bahasa Sandi Widal di kalangan masyarakat dan kajian ilmiah terkait bahasa ini. “Kajian ilmiah mengenai bahasa Sandi Widal sebenarnya sudah ada, salah satu mahasiswa telah mengangkat topik ini dalam skripsinya. Hal ini tentu akan memberikan kontribusi yang berarti,” tambah Mbul.
Setelah pengajuan bahasa Sandi Widal sebagai WBTB pada tahun ini selesai, pihak komunitas juga berencana untuk mengusulkan pengakuan bahasa ini kepada UNESCO. Persyaratan dan ketentuan pengajuan tersebut telah disusun dan masih dalam tahap pelengkapan.
“Apabila persyaratan pengajuan WBTB telah terpenuhi tahun ini, kami akan mengajukan pengakuan bahasa Sandi Widal kepada UNESCO. Namun, ada 17 persyaratan yang harus dipenuhi untuk diakui oleh UNESCO, dan saat ini kami baru mencapai 11 persyaratan,” ungkapnya.
Komunitas Widal ingin menjaga apa yang telah ada di Tipar dan mengubah citra warga Tipar agar dilihat sebagai komunitas yang juga mampu berkarya. Banyak orang yang tertarik untuk mempelajari bahasa Sandi Widal ini. Mereka percaya bahwa bahasa ini tidak akan pernah hilang karena menjadi sumber kebanggaan tersendiri bagi masyarakat setempat.
Pelestarian bahasa Sandi Widal tidak hanya berdampak lokal, tetapi juga berpotensi memberikan manfaat yang lebih luas. Dengan diusulkannya Sandi Widal sebagai Warisan Budaya Takbenda, diharapkan dapat memperkuat identitas budaya Sukabumi dan mempromosikan kekayaan linguistik yang dimiliki oleh daerah ini.
Dalam upaya mengajukan pengakuan bahasa Sandi Widal kepada UNESCO, Widal Community tidak berjalan sendiri. Mereka telah bekerja sama dengan pemerintah setempat, lembaga pendidikan, dan para peneliti yang tertarik dengan bahasa dan budaya lokal. Semua pihak bekerja keras untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh UNESCO, termasuk menyusun dokumentasi yang komprehensif tentang penggunaan bahasa Sandi Widal dalam masyarakat.
Komunitas Widal juga telah melibatkan generasi muda dalam upaya pelestarian bahasa ini. Mereka mengadakan kegiatan edukatif dan pelatihan untuk memperkenalkan bahasa Sandi Widal kepada anak-anak dan remaja di wilayah tersebut. Dengan melibatkan generasi muda, diharapkan bahasa Sandi Widal dapat terus hidup dan berkembang sebagai bagian integral dari budaya lokal.
Pengakuan bahasa Sandi Widal oleh UNESCO tidak hanya akan memberikan prestise bagi masyarakat Tipar dan Sukabumi, tetapi juga akan menjadi langkah penting dalam menjaga keragaman bahasa dan budaya di Indonesia. Bahasa adalah salah satu aset berharga yang harus dilestarikan, karena melalui bahasa kita dapat memahami sejarah, identitas, dan pemikiran suatu komunitas.
Dalam konteks globalisasi yang semakin maju, pelestarian bahasa dan budaya lokal menjadi tantangan yang serius. Banyak bahasa minoritas di seluruh dunia yang menghadapi ancaman kepunahan. Oleh karena itu, pengakuan UNESCO terhadap bahasa Sandi Widal dapat menjadi contoh inspiratif bagi upaya pelestarian bahasa dan budaya lainnya.
Dalam perjalanan panjang menuju pengakuan tersebut, Widal Community tetap semangat dan optimis. Mereka yakin bahwa melalui upaya kolaboratif yang melibatkan berbagai pihak, bahasa Sandi Widal akan tetap hidup dan dikenal oleh generasi masa depan. Keberhasilan ini tidak hanya akan membawa kebanggaan bagi masyarakat Tipar, tetapi juga akan menjadi simbol keberhasilan dalam melestarikan kekayaan budaya bangsa.