Banner nwisa

Komposisi Kabinet Prabowo, Antara Akomodasi Politik dan Tuntutan Profesionalisme

Abdul Holik, Pengamat Politik West Java Institute

Bandung – Pemanggilan 108 nama calon anggota Menteri, Wamen dan Kepala Badan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto telah memicu berbagai spekulasi dan analisis dari berbagai kalangan. Dalam wawancara eksklusif dengan Gentanews.id, Abdul Holik MA, Direktur Eksekutif West Java Institute, membedah komposisi kabinet yang disebut-sebut akan mengisi 44 pos strategis ini.

“Dari data yang ada, terlihat jelas bahwa Prabowo berusaha menyeimbangkan antara kepentingan politik dan profesionalisme dalam kabinetnya,” ujar Abdul Holik mengawali analisisnya. Menurutnya, keseimbangan ini tercermin dari komposisi 60-70 orang yang berasal dari partai politik, sementara 35-40 orang lainnya adalah profesional dan tokoh non-partisan.

Meski demikian, Kang Holik, begitu ia akrab disapa menekankan bahwa keseimbangan ini masih perlu diuji lebih lanjut. “Kehadiran sekitar 35-40 profesional dan tokoh non-partisan memang menunjukkan komitmen untuk membangun kabinet yang tidak hanya politis, tetapi juga kompeten. Namun, implementasinya nanti yang akan menentukan,” jelasnya.

Berbicara tentang representasi partai, Dosen Unwim tersebut mencatat adanya dominasi dari partai-partai besar koalisi. “Gerindra, sebagai partai pengusung utama, mendapat sekitar 15-20 kursi. Kemudian diikuti oleh Golkar dengan 10-12 orang, serta PKB, PAN, dan Demokrat yang masing-masing mendapat 4-7 kursi,” paparnya.

Yang menarik perhatian pengamat dari West Java Institute tersebut adalah kehadiran partai-partai baru seperti PSI yang mendapat 3-4 kursi. “Ini bisa jadi sinyal bahwa Prabowo ingin membuka ruang bagi ide-ide segar dalam pemerintahannya atau sebagai bentuk politik akomodatif terhadap kepentingan berbagai pihak,” analisisnya.

Terkait kontinuitas kebijakan, Kang Holik menyoroti fakta bahwa sekitar 15-18 menteri dari kabinet Jokowi juga masuk dalam daftar. “Ini menunjukkan upaya untuk menjaga stabilitas dan kontinuitas kebijakan, terutama di sektor-sektor kunci seperti keuangan dan ekonomi,” jelasnya.

Namun, ia juga mengkritisi beberapa aspek dari komposisi kabinet yang beredar. “Representasi perempuan masih minim. Ini masih jauh dari ideal,” kritiknya. Ia juga menambahkan bahwa representasi daerah masih perlu ditingkatkan. “Masih terlihat dominasi tokoh-tokoh dari pusat atau Jakarta,” tambahnya.

Ketika ditanya tentang tantangan terbesar dari komposisi kabinet ini, kang Holik menekankan pentingnya sinergi antar menteri. “Dengan latar belakang yang beragam, dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dari Prabowo untuk memastikan semua elemen ini bisa bekerja sama dengan baik,” tuturnya.

Menutup wawancara, ia menyinggung kecenderungan pembentukan kabinet yang “gemuk”. “Ini seringkali didasari oleh pertimbangan politik untuk mengakomodasi berbagai pihak yang berkontribusi dalam pemenangan pemilu. Namun, pendekatan ini perlu dipertimbangkan kembali mengingat tantangan kompleks yang dihadapi bangsa ini,” tegasnya.

Ia menambahkan, “Efisiensi anggaran, efektivitas kinerja, dan fokus pada pencapaian program seharusnya menjadi pertimbangan utama dalam pembentukan kabinet, bukan sekadar balas jasa politik.”

Meski masih dalam tahap awal, komposisi kabinet Prabowo ini telah memberikan gambaran awal tentang arah pemerintahan yang akan datang. Publik kini menantikan pengumuman resmi susunan kabinet final setelah pelantikan presiden, dengan harapan akan adanya penyesuaian yang lebih mencerminkan kebutuhan nyata bangsa.

Banner nwisa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *