Pilpres 2024 telah berakhir, KPU sebagai penyelenggara pemilu telah menetapkan pasangan Calon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menjadi Presiden dan Wakil Presiden Terpilih dengan perolehan suara 58%.
Kini rakyat menantikan pelatikan dan pengumuman kabinet Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2024 mendatang.
Kurang dari seminggu menjelang pelantikan Presiden dan wakil presiden masa bakti 2024 – 2029, Prabowo sebagai presiden terpilih mulai senin sore tanggal 14 Oktober 2024 telah memanggil beberapa nama calon menteri yang akan mengisi kabinet yang akan dibentuknya ke kediaman di kartanegara, dari data yang berhasil dihimpun kurang lebih sudah 49 orang nama yang di panggil.
Selain itu dunia maya diramaikan dengan nomenklatur pos kementerian yang akan dibentuk oleh Prabowo, tidak kurang sebanyak 44 pos kementerian, sementara berkaca pada pemerintahan sebelumnya hanya di isi 34 kementerian sudah termasuk menko di dalamnya. dengan tambahan nomenklatur tersebut ada beberala pos kementerian baru dan sebagian merupakan pemecahan dari kementrian lama.
Sehubungan dengan beredarnya komposisi atau nomenklatur tersebut Direktur Eksekutif UF Center, Ujang Fahpulwaton menilai kabinet Prabowo Gibran adalah kabinet akomodatif atau Gemuk, dengan tujuan untuk mengakomodir semua pihak yang terlibat dan berperan menjadi pendukung dan relawan dalam pemenangan pasangan Prabowo Gibran.
selain itu Direktur Eksekutif UF Center, Ujang Fahpulwaton menambahkah semestinya Prabowo Subianto sebagai Presiden RI terpilih memprioritaskan program yang dapat berjalan dalam penyusunan kabinet atau menunjuk para pembantunya di pemerintahan ke depan. “Menurut pendapat saya, yang diprioritaskan adalah programnya bagaimana bisa tercapai, bagaimana anggarannya bisa efisien dan efektif, bukan berpikir mengenai enggak enak sama siapa, sama ketua umum siapa, siapa yang jasanya lebih besar. Itu tidak ada dalam logika kinerja,”.
Selain itu, Ujang Fahpulwaton mengatakan, jika Prabowo menganggap Presiden Jokowi sebagai gurunya dalam politik maka seharusnya membentuk kabinet yang ramping. “Ingat loh Pak Jokowi pada saat penyusunan kabinet pertama kali, tim transisi itu membuat sebuah riset atau analisis, bahkan ada yang mengatakan kabinet harusnya jauh lebih ramping dibanding 34. Itu kalau tidak salah rencananya 27 tetapi karena politik akomodatif sehingga akhirnya diambil 34. Kok murid politiknya malah kemudian lompat kalau betul 44 pos kementerian,” ujarnya. Ujang Fahpulwaton juga menyebut, Prabowo bisa belajar dari 10 tahun pemerintahan Jokowi, di mana mayoritas menteri yang terjerat kasus korupsi berasal dari partai politik. “Kalau betul belajar dari apa yang pernah dialami oleh guru politiknya, kita ingat lima menteri pada masa pemerintahan Jokowi jilid satu dan dua yang kena kasus hukum, lima-limanya itu dari kader partai politik,” katanya.
Kemudian, Ujang Fahpulwaton mengatakan, menteri yang menonjol, beprestasi baik, dan mendapatkan apresiasi positif berasal dari kalangan profesional. “Nama-nama yang menjadi kembang dari kabinet itu adalah semuanya tokoh teknokrat, mau itu Pak Basuki Hadimuljono, mau itu Ibu Sri Mulyani, mau itu Ibu Retno Marsudi dan yang lainnya,” ujarnya.
setelah melihat nama-nama calon Menteri yang dipanggil kemarin sore sudah hampir dipastikan Kabinet bentukan Prabowo adalah Kabinet Gemuk yang akomodatif, jadi Zaken Kabinet yang diharapkan mampu bekerja secara profesional untuk kemaslahatan, kemakmuran, kesejahteraan
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, masih jauh panggang dari api!