Aceh – Ketua Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Rugby Union Indonesia (PRUI) Jawa Barat, H. Aceng Roni Syahbana, melayangkan protes keras terhadap panitia pelaksana (panpel) dan wasit pertandingan, setelah tim rugby putra dan putri Jabar merasa dirugikan dalam laga melawan Aceh. Aceng menuding adanya ketidakadilan yang merugikan tim Jabar, baik dalam pengundian grup hingga keputusan-keputusan kontroversial wasit selama pertandingan berlangsung.
Kecurangan pertama terlihat sejak proses pengundian grup (drawing) di mana bola undian yang digunakan ternyata memiliki warna berbeda, sesuatu yang baru disadari setelah hasil undian ditetapkan. Bola undian yang sudah berada di luar toples saat itu membuat protes menjadi tidak mungkin. Akibatnya, tim Aceh dan DKI mendapat keuntungan besar dalam pembagian grup, di mana beberapa tim otomatis menang walkover (WO) tanpa harus bertanding, termasuk di kategori putra dan putri.
Ketidakadilan semakin terasa ketika pemain andalan tim putri Jabar, Devi Gusvita, dilarang bermain menjelang pertandingan melawan Papua. Keputusan panpel didasarkan hanya pada rekaman video yang menilai Devi mengalami concussion, tanpa adanya pemeriksaan medis langsung di lapangan. Pihak tim Jabar merasa dirugikan, karena Devi adalah sprinter andalan yang seharusnya memperkuat tim dalam pertandingan penting tersebut.
Di kategori putra, ketidakadilan pun terjadi dalam laga melawan Aceh. Dua try yang dicetak tim Jabar dianulir oleh wasit tanpa alasan jelas, sementara pelanggaran-pelanggaran serius dari pemain Aceh, termasuk dugaan pemukulan, tidak diberikan sanksi tegas. Keputusan ini sangat merugikan Jabar, yang akhirnya harus puas dengan perolehan medali perunggu, meski mereka seharusnya berpotensi masuk ke babak final.
Situasi ini semakin mirip dengan insiden dalam pertandingan sepak bola antara Aceh dan Sulawesi Tengah (Sulteng), di mana wasit yang dinilai berat sebelah merugikan tim Sulteng hingga memicu pemukulan terhadap wasit. Pada pertandingan rugby ini, Aceng menegaskan bahwa wasit kembali membuat keputusan-keputusan yang tidak adil, cenderung berpihak pada Aceh, dan merusak semangat sportivitas yang seharusnya ditegakkan.
Akibat dari semua ketidakadilan ini, tim putra Jabar hanya mampu meraih medali perunggu, sementara tim putri gagal membawa pulang medali. H. Aceng Roni Syahbana pun mendesak adanya evaluasi terhadap kinerja panitia dan wasit dalam menjaga keadilan di setiap pertandingan.