Bandung, Gentanews.id Awan hitam akhirnya menyelimuti suasana kegembiraan yang sejatinya terus dirawat dikalangan para pecinta sepak bola di tanah air.
Awan hitam Kanjuruhan menjadi sebuah potret dari begitu sangat rendahnya apresiasi kita terhadap olahraga yang dicintai sekali pun.Kanjuruhan menjadi hikmah terdalam tentang bagaimana kondisi kejiwaan senantiasa telah memberikan jawaban bahwa siapapun yang tidak bisa mengelola kekecewaan justru bisa menjadi tanda-tanda hadirnya suasana kebatinan yang lebih tidak bisa diterima dengan hati dan rasa.
Banyaknya korban jiwa dalam tragedi kelam tersebut menjadi tanda dari musibah olahraga terbesar yang terjadi di tanah air.
Dari sekian banyak nyawa yang melayang akibat dari kondisi yang terkadang hadir tanpa bisa diprediksi ini merupakan sebuah indikasi bahwa para pencinta olahraga masih tidak mampu menjadikan olahraga sepakbola yang dicintainya itu sebagai bagian dari hiburan yang sejatinya memberikan perasaan bahagia pada batin penggemarnya.Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan tersebut pada hari kemarin (1/10) menjadi bukti nyata bahwa siapapun yang memiliki kecintaan terhadap identitas wilayahnya termasuk melalui kemasan klub sepakbola, sudah sewajarnya menakar kecintaan itu dalam ruang-ruang yang dipenuhi oleh rasa sportivitas yang tinggi.
Menang dan kalah adalah sebuah konsekuensi di dalam sebuah pertandingan dan sejatinya kita tidak bisa memaksakan agar kemenangan senantiasa harus menjadi bagian dari upaya membahagiakan diri kita dengan mengesampingkan rumus logika realistis.
Tragedi ini haruslah menggiring keberadaan organisasi penggemar klub sepakbola agar senantiasa memiliki tanggung jawab untuk menghadirkan para suporter fanatik dari klub sepak bola yang berbasis wilayah tersebut dengan senantiasa konsisten sosialisasi dan edukasi tentang bagaimana menjadi suporter yang bijaksana dan memiliki sportivitas yang tinggi sehingga pada gilirannya manakala tim yang digemari dan dicintainya kalah maka setiap suporter siapapun itu akan menerima dengan lapang dada karena secara prinsip di dalam sebuah pertandingan menang dan kalah adalah sebuah keniscayaan.
Pusaran-pusaran penyadaran hati dan rasa tentunya harus pula terbangun dimulai dari diri sendiri penggemar olahraga ini.
Selain itu standar operasional prosedur yang harus dilaksanakan, baik oleh panitia pelaksana termasuk berbagai unsur pendukung/stakeholder yang terkoneksi secara langsung dengan kegiatan tersebut haruslah dijunjung tinggi sehingga diharapkan tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena pelaksanaan dan penerapan standar operasional prosedur yang tidak semestinya sangat pasti berimplikasi terhadap hal-hal yang kemungkinan akan merugikan banyak pihak.
Potret kelam tragedi di dunia olahraga ini pun menjadi lukisan nyata tentang kedewasaan sebagian masyarakat pencinta sepakbola dalam menempatkan pengelolaan emosi secara bijak.
Siapa pun yang menjadi circle dari perhelatan akbar ini harus memiliki empati dan jiwa bertanggung jawab karena pusaran kejadian ini akan membawa banyak konsekuensi yang sangat merugikan.
Awan kelam sudah hadir dan segera beranjak pergi meninggalkan keprihatinan yang mendalam serta menyisakan banyak PR karena yakinkanlah bahwa setiap kejadian akan memberikan hikmah terbaik tentunya bagi orang-orang berpikir.
Al Fatihah
Kanjuruhan ” Tidak Ada Sepakbola Seharga Nyawa “
Oleh : Rahmat Suprihat, S.Pd - Aktivis Sosial